BUKTI-BUKTI KEGAGALAN KAPITALISME
Kapitalisme, sebuah ideologi yang telah lama mengakar pada setiap sendi kehidupan negara-negara liberal telah mulai tampak titik rapuhnya. Hal ini terutama terlihat pada aspek perekonomian. Apa contoh konkret bahwa kapitalisme dapat dikatakan telah gagal? Kita dapat melihat pada apa yang dialami oleh Amerika Serikat. Negara adidaya ini mengalami krisis finansial yang dampaknya tidak saja hanya melanda negara tersebut, namun sangatlah luas berskala global. Banyak negara merasakan pengaruhnya, apalagi bagi negara-negara berkembang yang masih tergantung dan mempunyai keterikatan padanya.
Di Amerika sendiri terjadi krisis besar hingga menyebabkan gejolak ekonomi sampai melonjaknya angka pengangguran di sana. Tidak sedikit bermunculan masyarakat yang dengan terpaksa menjadikan pemulung sebagai profesi barunya. Tidak hanya itu, terjadinya ketidakstabilan ekonomi tersebut diramaikan pula oleh kasus-kasus lain, seperti yang juga merupakan salah satu penyebabnya, yakni hancurnya bisnis properti, yang dengan mudahnya siapapun membuat kredit perumahan tanpa adanya syarat-syarat yang diwajibkan sebagai jaminan, adanya jual-beli surat utang yang merupakan turunan-turunan dari transaksi lain sebelumnya (sekuritisasi) tanpa terdapat wujud barang (underlined asset) yang dikenal juga sebagai Synthetic Collateralized Debt Obligation, hingga bertebarannya kasus kartu kredit macet. Kelemahan lain dalam sistem ekonomi kapitalisme juga terlihat dalam sistem pasar modal yang menghalalkan jual beli surat berharga bahkan uang yang hanya dijadikan alat spekulasi semata., sehingga terjadi ketidakseimbangan antara ‘modal’ yang benar-benar ada dengan kertas-kertas surat berharga yang hanya akan semakin turun nilainya atau bahkan hilang sama sekali. Inilah yang terjadi belakangan dan dikenal dengan bubble economy atau ekonomi balon.
Dengan melihat fakta-fakta di atas, jelas terlihat ada sesuatu yang salah dalam sistem kapitalisme tersebut. Dimanakah letak kesalahannya?
Jawabannya dapat kita temukan dari berbagai sudut pandang. Pada awalnya, ekonomi kapitalisme memang telah rapuh pada pilar-pilar dasarnya. Seperti dalam sistem bunga (interest system) yang dianut, adanya pasar gentayangan (virtual market), kekurangan pada sistem mata uang (currency system), serta masalah distribusi kepemilikan (proprietary distribution).
Pertama, dengan asas kebebasan (liberalisme), negara-negara kapitalisme tidak mengenal adanya intervensi pemerintah dalam pengelolaan ekonominya. Maka, suku bungapun terbentuk karena pasar. Kedua, adanya pasar gentayangan yang tidak sehat bagi fluktuasi keuangan negara. Kembali pada bubble economy yang pernah disinggung di atas, akan terjadi ketidakseimbangan antara uang yang sebenarnya dengan membludaknya kertas surat-surat berharga yang diperdagangkan. Idealnya, dalam perekonomian yang ada hanyalah pasar nyata/konkret (genuine) yang berupa sektor riil, yang hanya terdiri dari pertemuan antara penjual dan pembeli, tentunya dengan kerjasama produsen, investor, segenap masyarakat beserta lembaga keuangan (dalam hal ini Bank). Jika siklus ini saja dapat berjalan dan dikelola dengan baik, niscaya kesejahteraan masyarakat dapat dicapai jika pelaksanaannya sesuai kaidah yang benar yaitu menomorsatukan warga negara, bukan untuk kepentingan kelompok ataupun pribadi. Ketiga, aspek yang harus diperhatikan adalah sistem mata uang. Selayaknya, setiap uang yang dikeluarkan oleh pemerintah harus di-back up oleh logam emas ataupun perak, tidak asal mencetak uang begitu saja sesuai kebutuhan yang ada, tapi memperhatikan hal-hal lain yang berkaitan. Terakhir, dalam kehidupan masyarakat, harus adanya ketegasan mengenai hak kepemilikan yang jelas, seperti pembedaan asas kepemilikan yakni hak kepemilikan umum dan individu serta penyebaran dan pendistribusiannya yang harus merata. Jika pertumbuhan ekonomi berusaha dicapai secara maksimal oleh setiap sektor namun tidak ada campur tangan pemerintah untuk pemerataan pendapatan dan kekayaan kepada setiap unsur masyarakat hingga yang paling kecil (perorangan) maka yang akan terjadi ialah kesenjangan yang merupakan akar masalah-masalah sosial seperti yang telah terjadi dalam pelaksanaan kapitalisme. Fakta berbicara, hanya 20% bagian masyarakat dunia (the club of rich) memiliki 83% kekayaan dunia, 81% perdagangan dunia, 81% hasil investasi, menggunakan 70% energi, 85% persediaan kayu, dan 70% pangan. Adilkah? Dan ketimpangan-ketimpangan semacam itu hanya akan menimbulkan masalah-masalah baru berupa dehumanisasi seperti kriminalitas, kerusakan, kehidupan materialistis, hancurnya keluarga, dan lain sebagainya.
Berdasar uraian tersebut di atas, diharapkan kita dapat membedakan dan memilih secara bijak sistem mana yang benar dan layak untuk diterapkan dalam rangka pembentukan kondisi perekonomian yang sehat.
SC 2 Akhwat (STAN): Astika, Dea, Dian, Elviera, Retno.
Sabtu, 10 Januari 2009
Artikel : Bukti - Bukti Kegagalan Kapitalisme
Label:
artikel
Langganan:
Komentar (Atom)
